MENUNTUT ILMU
KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ
لِذَنْبِكَ [محمد:19]
“Ketauhilah,
sesungguhnya tidak ada Ilah yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah dan
mintalah ampun atas dosa-dosamu.” [Muhammad : 16]
Didalam
ayat diatas Allah lebih mendahulukan ilmu daripada perkataan dan perbuatan.
Dalil-Dalil
Keutamaan Ilmu Dari al Qur’an
Terdapat
banyak dalil, baik dari Kitabullah maupun Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamyang
menjelasakan tentang keutamaan, keagungan serta ketinggian ilmu. Diantaranya
adalah :
Pertama
: Firman Allah ta’ala :
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ
وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ
الْحَكِيمُ [آل عمران:18]
“Allah
menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia,
Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan
Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [Ali
Imraan : 18]
Ayat ini
menunjukkan akan keutamaan ilmu, karena Allah ta’ala telah menggandengan persaksian
para ulama’ dengan persaksian-Nya dan persaksian para malaikat, bahwa Dia
adalah sesembahan yang benar, yang berhak diibadahi, tidak ada Ilah yang benar
melainkan Dia.
Kedua :
Firman Allah ta’ala :
وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا [طه:114]
“Dan
katakanlah (wahai Nabi Muhammad) tambahkanlah ilmu kepadaku.” [Thaaha
: 114]
Allah ta’ala memerintahkan
NabiNya shallallahu
‘alaihi wa sallam untuk meminta kepadaNya tambahan ilmu. Ini
adalah dalil yang sangat jelas akan keutamaan menuntut ilmu, karena tidaklah
Allah perintahkan kepada beliau untuk meminta tambahan sesuatu kecuali hanya
tambahan ilmu.
Ketiga : Allah ta’ala ketika
menjelaskan keutamaan ilmu serta keagungan kemuliaannya berfirman :
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا
يَعْلَمُونَ [الزمر:9]
“Katakanlah,
apakah sama antara orang yang mengetahui dengan orang yang tidak tahu.” [Az Zumar : 9]
Dalam
ayat ini Allah ta’ala membedakan
antara ahlul ilmi dengan selainnya. Dia menjelasakan bahwa tidaklah sama antara
orang yang tahu kebenaran dengan orang yang jahil akan kebenaran.
Keempat
: Allah ta’ala menjelaskan
tentang kemuliaan ahlul ilmi serta keutamaan mereka dalam firman-Nya :
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ
الْعُلَمَاءُ [فاطر:28]
“Sesungguhnya
yang benar-benar takut kepada Allah diantara para hamba-Nya adalah para
ulama’.” [Faathir
: 28]
Didalam
ayat ini Allah ta’ala menerangkan
bahwa ulama’ yang haqiqi adalah orang yang takut kepada Allah (ahlul khosyah).
Dalil-Dalil
Keutamaan Ilmu Dari As Sunnah
Kita dapati
banyak sekali dali-dalil yang besumber dari al Qur’an yang menunjukkan akan
keutamaan ilmu. Demikian pula dalil-dalil yang berasal dari As Sunnah An
Nabawiyah dan hadits-hadits Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam. Diantaranya adalah :
Pertama : Hadits
yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya, dari hadits Abu
Hurairah radhiyallahu
‘anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda :
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ
لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ
بُيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا
نَزَلَتْ عَلَيْهِمِ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ ، وَحَفَّتْهُمُ
الْمَلَائِكَةُ ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
“Barangsiapa
yang menempuh suatu perjalanan dalam rangka untuk menuntut ilmu maka Allah akan
mudahkan baginya jalan ke surga. Tidaklah berkumpul suatu kaum disalah satu
masjid diantara masjid-masjid Allah, mereka membaca Kitabullah serta saling
mempelajarinya kecuali akan turun kepada mereka ketenangan dan rahmat
serta diliputi oleh para malaikat. Allah menyebut-nyebut mereka dihadapan para
malaikat.”
Kedua
: Sebuah hadits yang ada di shahihain dari Muawiyah radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Barangsiapa
yang dikehendaki oleh Allah kebaikan, niscana akan difahamkan tentang urusan
agamanya.”
Hadits
ini menunjukkan bahwa seorang hamba yang memiki semangat dan perhatian dalam
menuntut ilmu merupakan salah satu tanda yang menunjukkan bahwa Allah
menghendaki kebaikan baginya. Karena siapa saja yang Allah kehendaki padanya
kebaikan maka akan difahamkan dalam urusan agamanya.
Ketiga : Hadits
yang dikeluarkan oleh Abu Dawud dan yang lainnya, dari Abu Darda radhiyallahu ‘anhu,
sesungguhnya Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ
طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ ، وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا
رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ ، وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي
السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ، وَإِنَّ
فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى
سَائِرِ الْكَوَاكِبِ، وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ ، وَإِنَّ
الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا
الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Barangsiapa
menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu maka Allah akan tunjukkan
baginya salah satu jalan dari jalan-jalan menuju ke surga. Sesungguhnya
malaikat meletakan syap-sayap mereka sebagai bentuk keridhaan terhadap penuntut
ilmu.Sesungguhnya semua yang ada di langit dan di bumi meminta ampun untuk
seorang yang berilmu sampai ikan yang ada di air. Sesungguhnya keutamaan orang
yang berilmu dibandingkan dengan ahli ibadah sebagaimana keutamaan bulan
purnama terhadap semua bintang. Dan sesungguhnya para ulama’ adalah pewaris
para Nabi, dan sesungguhnya mereka tidaklah mewariskan dinar maupun dirham,
akan tetapi mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambil bagian ilmu maka
sungguh dia telah mengambil bagian yang berharga.”
Ini
adalah hadits yang sangat agung. Berisi penjelasan tentang keutamaan ilmu,
kemuliaan ahlul ilmi dan pahala mereka disisi Allah ta’ala. Hadits diatas
mengandung lima kalimat, setiap kalimatnya menunjukkan akan keutamaan ahlul
ilmi dan tingginya kedudukan mereka disisi Allahta’ala. Oleh karena itu ImamAl Hafidz Ibnu
Rajab rahimahullah memiliki
tulisan khusus yang menjelaskan hadits ini.
Keempat :
Diantara hadits shahih yang menjelaskan tentang keutamaan dan kemuliaan
menuntut ilmu adalah sabda Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam :
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ
ثَلَاثَةٍ : إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ
وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Apabila
manusia telah meninggal dunia maka terputuslah semua amalannya kecuali tiga
amalan : shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendoakan
dia.” [HR. Muslim].
Hadits
ini menunjukkan atas agungnya keutamaan ilmu dan pahala mengajarkan ilmu, baik
lewat kajian maupun tulisan. Karena hal tersebut akan mmbuahkan pahala yang
besar untuk manusia baik dimasa hidupnya maupun setelah kematiannya. Amalannya
tidak akan terputus meskipun dia sudah meninggal dunia, bahkan pahala dan
ganjaran dari Allah ta’ala senantiasa
mengalir kepadanya selama ilmu yang dia ajarkan dimanfaatkan oleh manusia. Ini
merupakan perkara kedua yang Allah catat dan tetapkan untuk manusia. Karena
Allah ta’ala menulis
amal manusia yang dikerjakan semasa hidupnya serta menulis bekas (atsar) dari amalannya
tersebut setelah kematiannya. Allah ta’ala berfirman
:
إِنَّا نَحْنُ نُحْيِ الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا
وَآثَارَهُمْ [يس:12]
“Sesungguhnya
Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka
kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan.” [Yasin : 12]
Maka
yang dicatat oleh Allah ta’ala adalah
amalan seorang hamba dan bekas dari amalannya.Atsar dari amalan seseorang ada pada
saat dia hidup maupun setelah kematiannya. Oleh karena itu pahala para ulama’
yang telah meninggalkan dan mewariskan ilmu dari karya tulis mereka senantiasa
mengalir kepada mereka selama manusia mengambil manfaat dari kitab dan tulisan
mereka.
Kelima
: Diantara hadits yang menunjukkan akan keutamaan ilmu dan
mengajarkannya adalah sabda Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam :
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Orang
terbaik diantara kalian adalah orang yang mempelajari Al Qur’an dan
mengajarkannya.”
Didalam
hadits ini terdapat penetapan kebaikan bagi orang yang menyibukkan dirinya
dengan Kitabullah dengan mempelajari atau mengajarkannya. Oleh karena itu
mereka termasuk orang terbaik dari umat ini. Telah datang hadits dari shahih
Muslim bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ
آخَرِينَ
“Sesungguhnya
Allah mengangkat derajat suatu kaum dengan Al Qur’an dan menurunkan derajat
kaum yang lain dengannya.”
Keenam
: Telah datang keterangan bahwa Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan
kecerahan wajah bagi orang yang memiliki perhatian terhadap ilmu, berusaha
memahami, mempelajari dan mengajarkannya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مِنَّا حَدِيثًا فَحَفِظَهُ حَتَّى
يُبَلِّغَهُ، فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ، وَرُبَّ
حَامِلِ فِقْهٍ لَيْسَ بِفَقِيهٍ
“Semoga
Allah mencerahkan wajah seseorang yang mendengarkan hadits, lalu menghafal dan
menyampaikannya. Betapa banyak orang yang membawa fiqih kepada orang yang lebih
faham darinya. Dan betapa banyak orang yang membawa fiqih namun dia bukan
seorang yang faqih.”
Kandungan
hadits ini menunjukkan akan keutamaan ilmu, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a
dengan do’a yang agung dan berbarakah bagi ahlul ilmi dan penuntut ilmu.
Ringkasnya,
ada banyak dalil yang menunjukkan akan keutamaan dan kemuliaan ilmu. Maka
selayaknya seorang muslim dan muslimah untuk bersungguh-sungguh memperhatikan
dan memanfaatkan waktunya dijalan ilmu. Hendaknya dia selalu memiliki bagian
dari menuntut ilmu dalam perjalanan harian dia. Oleh karena itu Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap
kali selesai dari melaksanakan shalat subuh beliau senantiasa berdo’a :
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا
وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا
“Ya
Allah sesungguhnya saya minta kepada Engkau ilmu yang bermanfaat, rizqi yang
baik dan amalan yang diterima.”
Do’a
yang senantiasa beliau ucapkan setiap harinya setelah shalat subuh ini
menunjukkan bahwa menuntut ilmu yang bermanfaat termasuk tujuan terbesar
seorang muslim disetiap perjalanan waktu hariannya. Dan sesungguhnya menuntut
ilmu lebih didahulukan daripada mencari rizqi dan beramal. Karena ilmu itu
sebagai dasar dan pondasi yang dapat membedakan antara rizqi yang baik dan
buruk, anatara amal shalih dan amal tidak shalih. Oleh karena itu, seorang
muslim hendaknya benar-benar memiliki perhatian terhadap waktunya, dia gunakan
untuk menuntut ilmu supaya setiap hari dia mendapatkan bagian dari ilmu.
Adab-Adab
Penuntut Ilmu
Setelah
seorang penuntut ilmu mengetahui dan memahami akan keutamaan menuntut ilmu,
maka hendaknya dia memiliki perhatian yang besar terhadap permasalahan
adab-adab penuntut ilmu, diantaranya adalah :
Pertama
: Ikhlas
Seorang
penuntut ilmu dalam mencari ilmu hedaknya punya perhatian besar terhadap
keikhlasan niat dan tujuanya dalam mencari ilmu, yaitu hanya untuk Allah ta’ala. Karena menuntut
ilmu adalah ibadah, dan yang namanya ibadah tidak akan diterima kecuali jika
ditujukan hanya untuk Allah ta’ala.
Allah ta’ala berfirman
:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ
الدِّينَ [البينة:5]
“Dan
mereka tidaklah diperintahkan melainkan hanya untuk beribadah kepada Allah dengan
mengikhlaskan amalan mereka.” [Al Baiyinah : 5]
Didalam
shahihain disebutkan bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ
مَا نَوَى
“Sesungguhnya
setiap amalan itu tergantung dengan niatnya dan setiap orang akan memperolah
pahala sesuai dengan apa yang dia niatkan.”
Nabi shallallahu ‘alaihiwa sallam juga
bersabda dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim :
إِنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ
يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya
Allah tidak melihat bentuk wajah dan harta kalian, namun yang Dia lihat adalah
hati dan amalan kalian.”
Oleh
karena itu seseorang yang punya cita-cita yang tinggi dalam mencari dan
memperoleh ilmu hendaknya punya perhatian yang besar terhadap keihklasan niat.
Karena niat yang ikhlas merupakan sebab akan barakahnya ilmu dan amal.
Sebagaimana perkataan sebagian salaf :
رُبَّ عملٍ صغير تكثِّره النية ، ورُبَّ عملٍ كثير تصغره النية
“Betapa
banyak amalan kecil menjadi besar karena niatnya dan betapa banyak amalan besar
menjadi kecil karena niatnya pula.”
Maka
setiap orang yang telah diberi taufiq oleh Allah untuk bisa berjalan diatas
jalan ilmu hendaknya waspada terhadap niat yang rusak dan selalu berusaha untuk
menjadikan niatnya dalam menuntut ilmu hanya mengharapkan keridhaan dan wajah
Allah ta’ala.
Kedua :
Bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu.
Sesungguhnya
seorang hamba butuh kepada kesungguhan dan semangat untuk memperoleh ilmu. Dia
paksa jiwanya untuk jauh dari sifat lemah dan malas. Oleh karena itu Nabi kita
yang mulia, Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam berlindung kepada Allah dari sifat lemah dan
malas. Karena malas akan menyebabkan terhalanginya seseorang dari mendapatkan
kebaikan yang banyak. Dan sebaliknya dengan kesungguhan akan diperoleh banyak
keutamaan. Sebagaimana perkataan yang ada dalam suatu syair :
الجَدُّبالجِدِّ
والحرمانُ بالكسلِ
فانصَبْ تُصِب عن قريبٍ غايةَ الأملِ
Maksudnya
adalah bahwa bagian besar dan berharga dari ilmu tidak akan diraih
kecuali dengan kesungguhan. Adapun sifat malas dan lemah hanya akan menghalangi
seseorang dari mendapatkan ilmu. Oleh karena itu seorang penuntut ilmu
handaknya mengerahkan segala upaya untuk memaksa jiwanya dalam meraih ilmu.
Sebagaimana firman Allah ta’ala :
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ
اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ [العنكبوت:69] .
“Dan
orang-orang yang bersungguh-sungguh dijalan Kami nisacaya Kami akan tunjukkan
kepadanya jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang berbuat
baik.” [Al Ankabut : 69]
Ketiga :
Meminta pertolongan kepada Allah ta’ala.
Ini
adalah diantara perkara penting yang harus diperhatiakan oleh seorang penuntut
ilmu, bahkan perkara ini adalah dasar yang harus ada pada seorang penuntut ilmu
, yaitu beristi’anah atau
meminta pertolongan kepada Allah ta’ala untuk
bisa meraih ilmu. Telah berlalu sebelumnya firman Allah ta’ala :
وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا [طه:114]
“Dan
katakanlah (wahai Nabi Muhammad), ya Rabb tambahkanlah ilmu kepadaku.” [Thaaha : 11]
Telah
kita ketahui juga bahwa Nabi kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap
hari setelah selesai shalat subuh berdo’a kepada Allah :
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا
وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا
“Ya
Allah sesungguhnya saya minta kepada Engkau ilmu yang bermanfaat, rizqi yang
baik dan amalan yang diterima.”
Maka
seorang penuntut ilmu hendaknya selalau beristi’anah kepada
Allah, meminta pertolongan dan taufiq kepadaNya. Allah ta’ala berfirman :
وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَى
مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَنْ
يَشَاءُ [النور:21]
“Sekiranya
tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya
tidak seorang pun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar
itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya.” [An Nur : 21]
Dalam
ayat yang lain Dia juga berfirman :
وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي
قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ
أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ [الحجرات:7]
“Akan
tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu
indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan
kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.” [Al Hujurat : 7]
Keempat
: Mengamalkan ilmu.
Seorang
penuntut ilmu harus punya perhatian serius terhadap perkara mengamalkan ilmu.
Karena tujuan dari menuntut ilmu adalah untuk diamalkan. Ali radhiyallahu ‘anhu berkata
:
يهتف بالعلم العمل ، فإن أجابه وإلا ارتحل
“Ilmu
akan mengajak pemiliknya untuk beramal, jika dia penuhi ajakan tersebut ilmunya
akan tetap ada, namun jika tidak maka ilmunya akan hilang.”
Oleh
sebab itu seorang penuntut ilmu harus benar-benar berusaha mengamalkan ilmunya.
Adapun jika yang dialakukan hanya mengumpulkan ilmu namun berpaling dari
beramal, maka ilmunya akan menjadi mencelakannya. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :
وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ
“Al
Qur’an bisa menjadi penolong bagimu atau justru bisa mencelakakanmu.”
Menjadi
penolongmu jika Engkau mengamalkannya, dan mencelakakanmu jika Engkau tidak
mengamalkannya.
Kelima :
Berhias dengan akhlaq mulia.
Seorang
penuntut ilmu hendaknya menghiasi dirinya dengan akhlaq mulia seperti, lemah
lembut, tenang, santun dan sabar. Karena sifat-sifat tersebut termasuk akhlaq
mulia. Para ulama’ telah menulis banyak kitab tentang adab seorang penuntut
ilmu. Diantara kitab ringkas yang telah mereka tulis adalah kitab “Hilyah Thalabil Ilmi” buah
karya Syaikh Bakr Abu Zaid rahimahullah.
Kitab ini adalah kitab yang sangat bermanfaat dan berfaedah yang menjelaskan
tentang adab-adab penuntut ilmu.
Keenam :
Mendakwahkan ilmu.
Jika
seorang penuntut ilmu mendapatkan taufiq untuk bisa mengambil manfaat dari
ilmunya, hendaknya dia juga bersemangat untuk menyampaikan ilmu dan mengajarkan
ilmunya kepada orang lain. Dalam rangka mengamalkan firman Allah ta’ala :
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا
الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا
بِالصَّبْرِ (3) [سورة العصر]
“Demi
masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati
supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi
kesabaran.” [Al
Ashr :1-3]
Didalam
ayat yang mulia ini, Allah ta’ala bersumpah
bahwa manusia semunya mengalami kerugian, tidak ada seorangpun yang selamat
dari kerugian kecuali orang yang beriman, berilmu, mengamalkan ilmunya,
mendakwahkannya kepada orang lain serta bersabar atas gangguan yang menimpanya.
Dari
penjelasan diatas dapat diketahui bahwa kedudukan ilmu dan beramal dengannya itu
bertingkat-tingkat. Sebagaimana dinukil oleh Adz Dzahabi rahimahullah di Siyaru A’laamin Nubalaa dari
Muhammad bin An Nadhr, dia berkata :
أول العلم الاستماع والإنصات ، ثم حفظه، ثم العمل به ، ثم بثه
“Ilmu
yang pertama kali adalah mendengar dan diam, kemudian menghafal, mengamalkan
lalu menyebarkannya.”
Orang
yang menyebarkan ilmu akan memperoleh pahala yang besar, karena setiap kali ada
orang yang mengambil faedah dari ilmu yang dia sebarkan dan dakwahkan akan
dicatat baginya pahala sebagaimana pahala orang yang mengamalkan dakwahnya
tersebut. Sebagaimana sabda Nabishallallahu
‘alaihi wa sallam :
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ
مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa
yang menyeru kepada petunjuk maka baginya pahala sebagaimana pahala orang yang
mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun juga.”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga
bersabda :
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa
yang menunjukkan kebaikan maka baginya ada pahala sebagaimana orang yang
melakukannya.”
Maka
setiap kali ada orang yang mengambil manfaat dari ilmunya maka akan dicatat
pahala baginya. Tidak diragukan bahwa ini menunjukkan akan keutamaan
mengajarkan ilmu dan memberi manfaat kepada manusia. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
:
لأَنْ يَهْدِيَ اللَّهُ بِكَ رَجُلا وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ
حُمْرِ النَّعَمِ
“Allah
memberikan petunjuk kepada satu orang disebabkan karena kamu, maka hal itu
lebih baik dari pada onta merah (harta yang paling mahal).”
Kita
meminta kepada Allah, Rabb arsy yang agung, kita meminta dengan menyebut
nama-namanya yang indah dan sifat-sifatnya yang tinggi agar menganugerahkan
kita semua ilmu yang bermanfaat dan amal shalih. Menunjuki kita kepada jalan-Nya
yang lurus, memperbaiki semua keadaan kita dan tidak membiarkan kita bersandar
pada diri kita sendiri meskipun hanya sesaat.
Alhamdulillah
Rabbil Alamin
Diterjemahkan
secara bebas dari transkrip muhadharah Syaikh
Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al Abbad Al Badr hafidzahumallah فَضْلُ طلَبِ الْعِلْمِ وَآدَابُ
طُلَّابِ
Post a Comment for "MENUNTUT ILMU"